NEGARA TANPA BANGSA
Quote: Sejenak mari kita lihat India. Negara ini dulu sama-sama berjuang dengan Indonesia untuk lepas dari penjajahan.
Kita lebih beruntung karena merdeka lebih dahulu dan tidak lama kemudian disusul India.
Tetapi sekarang? mari dengan hati jujur mengakui kita justru telah tertinggal dengan mereka. India telah menjadi kekuatan ekonomi besar dunia dan tergabung dalam BRICS (Brasil, Rusia, India, South Africa), India telah mampu membangun kapal induk dan kapal selam sendiri. Sebuah puncak dari teknologi kapal. Meski sangat tertatih-tatih, India juga berjuang untuk membangun jet tempur sendiri. Bahkan India telah bergabung dengan segelintir negara yang telah mampu menempatkan wahana antariksa mereka ke orbit Mars.
Sekarang mari kita ke Vietnam.
Negara ini jauh lebih buruk nasibnya dibanding Indonesia. Pada era 70-an, Vietnam menemukan dirinya tercabik-cabik oleh perang. Vietnam telah menjadi salah satu perang terpanjang dalam sejarah Amerika. Negara ini diporak-porandakan oleh Rambo dan kawan-kawannya.
Tetapi lihat sekarang, Vietnam telah menjadi salah satu kekuatan besar di Asia Tenggara di banyak bidang. Di militer, meski belum sampai pada tahap memproduksi sendiri, tetapi secara cepat mereka mampu membangun kekuatan mereka dengan berbagai peralatan canggih di semua matra. Di bidang olahraga, kalau kita ingat pada era 80-an, Vietnam adalah anak bawang di hampir semua kompetisi regional. Mengalahkan timnas sepakbola Vietnam kala itu sangatlah mudah bahkan dengan skor telak.
Tetapi sekarang? Vietnam menjadi negara yang selalu dihindari untuk bertemu di babak awal. Vietnam juga telah mengimpor beras ke Indonesia. Situasi paling ironis dialami oleh negeri agraris amat luas dan subur seperti kita.
Kenapa bisa begitu? Kenapa kita kalah dengan mereka? Jawabannya mudah.
Karena India masih tetap memegang Indianya, dan Vietnam masih teguh menjadi Vietnam. India masih sangat kuat dalam memegang nilai-nilai kemandirian Mahatma Gandhi serta berbagai budaya asli mereka.
Demikian juga Vietnam, masih memegang semangat Ho Chi Min, pemimpin revolusi mereka serta karakter asli budaya mereka. Bahkan dalam hal-hal yang kita anggap sepele seperti cara berpakaian, mereka masih teguh. Lihat saja para pejabatnya, selalu menggunakan pakaian asli India.
Bukan hanya India dan Vietnam yang sukses membangun dirinya dengan tetap berpegang teguh pada nilai-nilai asli.
Hampir semua negara yang memiliki semacam itu akan berkembang menjadi negara besar dan disegani.
Jepang? Sulit dipercaya negara ini hanya membutuhkan waktu kurang dari 60 tahun untuk kembali menjadi negara kuat setelah hancur karena perang. Kenapa? Karena mereka tetap mewarisi semangat Restorasi Meiji para Shogun mereka.
China, dari negara miskin dan morat-marit kini menjadi negara yang bahkan Amerika Serikat pun berpikir beribu kali untuk berusan dengannya. Kenapa? karena China tetap mengabadikan spirit yang dibangun Mao Te Tzung, meski banyak pihak menilai dia sebagai tokoh dengan berbagai sisi negatif.
Atau jauh lebih besar Amerika. Dia menjadi negara yang seperti sekarang ini karena selama ratusan tahun membangun dirinya dengan nilai-nilai Amerika hingga akhirnya mereka bisa dengan bangga berkata âIâam Americanâ.
Kembali mari kita ke Indonesia dan dengan jujur melihat pada diri kita.
Jika India adalah pewaris Mahatma Gandhi, Jepang penerus Shogun, Vietnam terbakar semanga Ho Chi Min, maka kita ini anak siapa?
Jika kita adalah keturunan Wangsa
Sailendra, maka membangun kapal selam atau kapal induk atau apapun bukanlah hal yang sulit. Karena ribuan tahun lalu, nenek moyang kita telah mampu membangun mahakarya Borobudur yang luar biasa. Kalau kita ini pewaris semangat Cut Nyak Dien, Hasanuddin, Pattimura, maka kita tidak akan pernah tunduk pada asing.
Jika kita ini pewaris Majapahit, Sri Wijaya, Gowa maka kita akan benar-benar berkuasa di laut. Karena pada masa lalu Majapahit dengan kapal jung-jung telah menggentarkan nusantara.
Demikian juga Sri Wijaya. Bahkan jika kita membaca sejarah, armada Kerajaan Gowa telah menjelajah hingga Australia, Madagaskhar dan Kampuchea.
Armada Gowa juga memabntu orang-orang Solor di Maomere mengusir Portugis serta memberantas pembajakan di laut.
Kalau kita penerus dari Imam Bonjol, Diponegoro, hingga Soekarno Hatta, pastilah tim sepakbola kita tidak akan kalah terus-terusan seperti sekarang ini. Karena punya semangat untuk bertarung.
Tetapi kenapa kita tidak bisa melakukan semua itu? Karena memang kita tidak mewarisi apapun dari mereka. Bangsa ini nyaris tidak mau merawat nilai-nilai sendiri dan lebih memuja nilai-nilai orang lain.
Cobalah ke ruang kelas di sekolah dan kampus kita.
Pernahkah secara mendalam mempelajari ajaran Empu Prapanca, Empu Tantular, Rangga Warsita?
Pernahkah mempelajari konsep kepemimpinan Sri Sultan Hamengku Buwono IX, Gadjah Mada atau tokoh-tokoh lain? Mempelajari bagaimana semangat Cut Nyak Dien, Hasanuddin dan sebagainya? Hampir tidak pernah ada. Yang ada siswa hanya disuruh menghafal kapan perang dimulai, markasnya di mana? hasilnya apa.
Dalam proses yang panjang dan terus menerus, akhirnya yang tertanam di pikiran orang Indonesia bukanlah nilai-nilai Indonesia itu sendiri. Tetapi nilai-nilai dari orang lain. Wajar, jika sekarang kita lebih memuja budaya barat daripada menjaga budaya sendiri.
Wajar jika kita lebih baik membeli dan tidak mau mencipta. Wajar kita tidak bisa maju seperti India atau Vietnam, apalagi China dan Jepang. Karena kita menjadi negara yang tidak punya bangsa.
Kita kerap berkobar-kobar berbicara bahwa Indonesia adalah negara yang hebat. Memiliki sejarah yang dahsyat. Tetapi di sisi lain, lihat apa yang ada di sekitar kita dan mari hitung berapa dari semua yang kita pakai dan kita makan benar-benar buatan sendiri? Mau sampai kapan?
Kita punya mimpi menjadi negara besar, tetapi hal pertama yang harus dilakukan untuk menjadikan mimpi itu menjadi kenyataan adalah segera bangun dari tidur.
Sumber :http://m.kaskus.co.id/thread/5718a827925233ff0c8b456b/negara-tanpa-bangsa/?ref=threadlist-21&med=top_thread
0 komentar:
Posting Komentar