Selasa, 21 Februari 2017

Haruskah Seorang Tentara Membunuh di Medan Tempur?

Haruskah Seorang Tentara Membunuh di Medan Tempur?Quote:Hi gan, apa kabar nih? Semoga sehat dan baik selalu, ya..

Sebelumnya ane ucapin makasih buat agan yang udah berkunjung, komen, dan rate5. Dan seperti biasa, kalau agan nggak suka, langsung ajah tutup jendela Kaskus di layar komputer agan sista.

Di tret ini ane mau bahas tentang film Hacksaw Ridge yang baru saja dirilis di Indonesia beberapa hari lalu. Film yang diangkat dari kisah nyata ini disutradarai oleh Mel Gibson, gans.

Oh iya, sumurnya tentu saja hasil nonton ane dengan bantuan referensi dari IMDb.com dan hasansaif.blogspot.co.id.

Yuk ah kita ke tekape, gans!


Quote:REVIEW
Spoiler for Cekidot!
Haruskah Seorang Tentara Membunuh di Medan Tempur?

Penggemar Mel Gibson dalam debutnya sebagai sutradara sebaiknya menyaksikan film terbarunya yang berjudul Hacksaw Ridge. Film yang diangkat dari kehidupan seorang veteran Perang Dunia II asal Amerika ini dikemas dengan sangat apik.

Film ini mengambil setting waktu saat Perang Okinawa di Jepang pada bulan Mei 1945. Tentara Amerika Serikat berupaya menaklukan Jepang dengan menyerbu markas tentara Jepang di Hacksaw Ridge, sebuah bukit dengan medan berbatu. Amerika harus mengirimkan begitu banyak batalion pasukannya untuk melumpuhkan tentara Jepang yang siap mati demi mempertahankan markas mereka.

Desmond T. Doss (Andrew Garfield) menjadi karakter utama dalam film. Pengalamannya sebagai paramedis di medan tempur dengan latar belakang yang unik membuat cerita dalam film ini begitu fresh. Seorang prajurit yang berjuang di medan laga tanpa mau mengangkat senjata. Dia juga tidak ingin berperang di hari Sabtu karena itu melanggar keyakinannya.

Mel Gibson dengan sangat pandai memperkenalkan karakter utamanya kepada penonton. Dimulai dengan kehidupan masa kecil, keluarga yang tidak harmonis, sampai kisah cintanya pada seorang perawat di sebuah rumah sakit militer. Berdurasi 131 menit, film ini berjalan lambat hingga pertengahan film. Setelah itu, boom, siapkan diri untuk menyaksikan betapa sadisnya peperangan.

Mel Gibson tidak ingin penontonnya keluar dari bioskop tanpa kesan. Oleh sebab itulah ia menyajikan nuansa perang yang sangat brutal. Darah, isi perut, bagian tubuh yang hancur, dan beberapa adegan lain yang membuat mual mereka yang pobia darah. Untungnya film ini bisa lulus sensor. Entah ada bagian sadis yang dipotong atau tidak, yang jelas adegan yang bakal agan saksikan di bioskop sudah cukup brutal.

Haruskah Seorang Tentara Membunuh di Medan Tempur?

Selain kisah di atas, hubungan Desmond dengan rekan-rekannya juga sangat menarik. Meskipun kisahnya mainstream, tetapi ada pesan yang ingin disampaikan oleh penulis naskah. Bahwa memegang teguh kepercayaan mungkin mengakibatkan seseorang diasingkan dari pergaulan, tapi waktu akan menjawab bahwa keyakinan itu akan mendatangkan kebaikan cepat atau lambat.

Secara keseluruhan, film ini layak ditonton dan skor untuk film ini 8/10.


Quote:Hematophobia

Haruskah Seorang Tentara Membunuh di Medan Tempur?

Para penderita hematophobia atau rasa takut yang berlebihan terhadap darah tidak dianjurkan untuk menyaksikan film ini karena bisa menimbulkan rasa mual, pusing, dan beberapa gejala yang nggak nyaman saat nonton film. Ane sendiri selaku penderita agak pusing karena begitu banyak adegan brutal.

Tapi, film ini bisa jadi terapi juga lho kalau agan nekad nonton. Awalnya ane juga pusing, tapi ane berusaha menguatkan diri untuk menatap layar meski darah berhamburan di mana-mana. Jadi, agan bisa menantang diri sendiri untuk menyaksikan film ini jika agan salah seorang penderita hematophobia.


Quote:Mel Gibson

Haruskah Seorang Tentara Membunuh di Medan Tempur?

Setelah absen selama 10 tahun, Mel Gibson kembali muncul di balik layar sebagai seorang sutradara. Karyanya selalu dinanti para penggemar. Maklum saja, Mel Gibson pernah menyabet Piala Oscar sebagai sutradara terbaik melalui film Braveheart.

Selain itu, pengalamannya di depan layar sebagai aktor juga banyak meraih penghargaan. Penasaran seperti apa filmnya? Silakan tonton sendiri, gan. Menurut pengamat film luar yang ane baca, ini dinobatin sebagai film perang terbaik kedua setelah Saving Private Ryan.


Quote:Andrew Garfield

Haruskah Seorang Tentara Membunuh di Medan Tempur?

Ane salah satu penggemar Spidey versi Garfield nih, gan. Meskipun banyak yang bilang kalau filmnya gagal sampai akhirnya Sony membagi hak ciptanya kepada Marvel, ane tetap suka dengan aktingnya. Apalagi pas dia lagi galau abis karena dilarang pacaran ama bokap ceweknya.

Dan setelah didepak dari Sony, bisa dibilang ini kebangkitannya Garfield. Menurut ane, pembawaannya yang rada kalem pas banged buat meranin karakter di film ini. Garfield memberikan ruh buat karakter yang dia peranin di film ini.


Quote:Milo Gibson

Haruskah Seorang Tentara Membunuh di Medan Tempur?

Rupanya nggak cuma orang Indonesia yang suka main film sekeluarga. Di film ini, Mel Gibson juga memberikan peran kecil untuk anak lelakinya, Milo Gibson.

Milo memerankan karakter Lucky Ford yang merupakan rekan dari Desmond Doss. Seperti apa aksinya di bawah bimbingan sang ayah? Saksikan di bioskop kesayangan agan ya!


Quote:Sabat

Haruskah Seorang Tentara Membunuh di Medan Tempur?

Di film ini, Andrew Garfield berperan sebagai seorang tentara yang menganut aliran Sabat di mana ia memiliki hari tertentu yang membuatnya tidak dapat mengikuti pertempuran. Hal ini menjadi konflik tersendiri mengingat seorang prajurit harus siap bertempur kapanpun.

Jika agan penasaran, berikut ini ane kutip sedikit tentang aliran tersebut dari Wikipedia:

Sabat (ש×'ת shabbāṯ , Shabbat, "istirahat" atau "berhenti bekerja" dalam bahasa Ibrani, atau Shabbos dalam ucapan Ashkenazi), adalah hari istirahat setiap Sabtu dalam Yudaisme. Hari Sabat dirayakan dari saat sebelum matahari terbenam pada hari Jumat hingga tibanya malam pada hari Sabtu. Perayaan ini dilakukan oleh banyak orang Yahudi dengan berbagai tingkat keterlibatan dalam Yudaisme. Dari kata Sabat ini diperoleh istilah Sabbath dalam bahasa Inggris, Sabt dalam bahasa Arab (ﺍﻟﺴïº'ﺖ), dan Sabtu dalam bahasa Indonesia . Dari kata ini pula muncul konsep "sabatikal", yaitu berhenti bekerja pada Sabat. Orang Yahudi menganggap peringatan Sabat, sebagai hari ke-7 setiap minggu, tidak terputus sejak ditetapkan saat Allah menciptakan alam semesta, di mana manusia diciptakan pada hari ke-6.


Quote:Sekian dulu tret dari ane. Kalo menurut nte gimana, gans?



Ane minta maaf kalau ada kata yang kurang berkenan di hati agan. Ane nggak bosen-bosennya bilang kalo ane cuma manusia biasa, bukan Tuhan yang Maha Sempurna.

Sekali lagi ane ngucapin makasih buat yang sudah mampir. Ane juga nggak bosen-bosennya bilang kalo tret ini dibuat bukan untuk memuaskan segala kalangan. Jadi, kalau ada kekurangan karena tidak sesuai dengan minat agan, berilah maaf si TS karena hakikatnya, sebuah tret tidak akan mampu memuaskan seluruh Kaskuser.


Sumber :http://m.kaskus.co.id/thread/581e96f9dac13e6e1f8b4579/haruskah-seorang-tentara-membunuh-di-medan-tempur/?ref=threadlist-21&med=top_thread


profile picture
KASKUS Plus #1

Related Articles

0 komentar:

Posting Komentar